Rabu, Juni 18, 2008

Lahirnya BEM di UNPI

Mahasiswa merupakan komponen pertama dan paling utama dalam pencaturan isu globalisasi dunia pendidikan demokrasi. Personal-personal yang terbentuk dari beragam pemikiran, sudah seharusnya menjadi manusia yang siap untuk dihadapkan dengan takdir mereka sebagai penerus bangsa. Karena kampus merupakan miniatur bangsa dan sebagai wadah apresiasi setiap individu tersebut untuk memaksimalkan setiap langkah dalam kancah politik bangsa yang kemudian melahirkan sebuah idealisme yang tinggi dan akan diperjuangkan sampai titik darah penghabisan. Dengan adanya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di dalam kampus, tentu dapat menjadi bukti nyata bahwa setiap personal mahasiswa memiliki idealisme yang tinggi terhadap kemajuan kampus. Seperti halnya, Pemilihan Presiden Mahasiswa yang digelar untuk pertama kalinya di kampus Universitas Putra Indonesia (UNPI) Cianjur, pada awal mei lalu. Perhelatan akbar yang baru terealisasi ini sebenarnya sudah diwacanakan jauh dari tahun-tahun sebelumnya. Banyaknya benturan kepentingan tiap personal mahasiswa dan tidak adanya dorongan kuat dari pihak universitas, membuat mahasiswa UNPI baru merasakan merdeka sejak berdirinya kampus ini. Dengan lahirnya BEM ini, UNPI telah siap bersaing secara mapan dengan universitas lain di Cianjur .
Dengan bekal menjunjung tinggi TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI-lah seluruh mahasiswa UNPI dapat bekerjasama dengan solid dalam pencapaian pesta akbar mahasiswa ini.
Perolehan suara yang cukup significant, antara herry (280) dan Asep tandang (97), mengantarkan M Herry Wirawan menjadi “Presiden Mahasiswa” UNPI periode 2008-2009.
Meskipun UNPI bisa dikatakan terlambat dalam melahirkan kebijakan demokrasi mahasiswa ini, hal itu bukan berarti menjadi sebuah halangan yang melemahkan semangat mahasiswa UNPI sebagai “Agent of Change” untuk berdiri di tataran tanah cianjur.
Read more

Campus Party 08 terancam gagal..

Bergulirnya wacana heboh tentang akan diselenggarakannya lagi event tahunan kampus, membuat sekelompok mahasiswa UNPI antusias wat ikutan gabung dalam acara akbar ini.
Acara yang sarat dengan sport dan music ini emang selalu jadi moment yang dinantikan mahasiswa UNPI. Gak tanggung-tanggung gelaran acara yang udah 3x terselenggara ini terhitung sejak tahun 2004 selalu menghadirkan kreasi-kreasi unik ala mahasiswa yang gandrung dengan kemajuan zaman.
Tapi, gak seperti acara kampus di perguruan tinggi yang lain, acara tahunan kampus yang dibawa pertama kalinya oleh Fakultas teknik ini digelar di luar kampus. Yup, dengan adanya benturan yang gak mendukung dengan pihak lembaga, acara keren ini musti digelar di tempat yang bisa nampung hingar bingar kreasi mahasiswa yaitu di BCNY Café n Resto.
Toh, benturan ini gak jadi beban menjelimet wat panitia untuk tetap semangat menyelenggarakan event tersebut. Acara CP ini memang selalu jadi kebanggaan, karena CP punya pendukung dan sponsor istimewanya sendiri yaitu PT Djarum, yang dengan setia selalu mendukung aktivitas mahasiswa UNPI yang satu ini.
Merujuk pada tema event kampus 2007 lalu yang diketuai oleh Dede Pirmansyah (MI/6), acara kali inipun mengusung tema yang sama namun sedikit berbeda konsep yaitu “Campus Party 08” (Learn, Create, Innovate then Show Your Self) yang diketuai oleh Egie Permana (MI/4).
Untuk mengelar acara gede, emang selalu ada aza pihak yang kurang merespon, terbukti dari rencana CP ‘08 yang terhitung sudah 3x mengalami pengunduran rencana. Kendala yang senantiasa dihadapi kali ini memang sedikit harus nguras pikiran. Pasalnya Perijinan yang biasanya selalu direstui oleh pihak kepolisian, kali ini gak diberikan, sehingga nasib CP tengah terombang ambing.
Statetment yang dikeluarkan oleh pihak kepolisian, terkait dugaan adanya pergantian kepemimpinan KAPOLRES, yang pada fase kepemimpinannya gak mau mengambil resiko atas terjadinya hal-hal yang mungkin terjadi dalam kegiatan acara musik tersebut karena dianggap identik dengan kerusuhan seperti yang terjadi di kota-kota lainnya. Dan memang dibenarkan, sejumlah acara yang sudah direncanakan di kota Cianjur, memang banyak yang gak jadi digelar.
Namun, apapun alasan yang mengesankan pihak kepolisian berada dalam jubah ketakutan-nya, seharusnya tetap bisa mendukung kegiatan-kegiatan mahasiswa ini. Dan dapat disimpulkan bahwa polisi hari ini gak bisa jadi sandaran buat mahasiswa atau masyarakat untuk melahirkan kreativitasnya. Karena sikap-sikap inilah pulalah yang akan memutuskan daya cipta anak bangsa untuk menyongsong tuntutan zaman yang tidak terelakan lagi akan masuk dalam dapur frame kehidupannya.
Bagaimana kelanjutannya??
Nasib CP memang belum Final untuk ditentukan, namun dibelakang sana masih ada orang-orang yang akan memperjuangkan CP untuk terus diperjuangkan agar dapat terselenggara pada tahun 2008 ini. Maka kita tunggu apa yang akan terjadi selanjutnya!!!
Read more

FPI vs Ahmadiyah, sebagai bentuk Pengalihan Kenaikan BBM

Semakin bergulirnya pemberitaan mengenai perseteruan antara FPI dan Ahmadiyah di berbagai sejumlah media massa dan elektronik, membuat kita dijejali berbagai pemahaman provokasi global.
Berbagai spekulasi kemudian muncul dari berbagai kalangan yang menghendaki baik FPI ataupun Ahmadiyah untuk segera dibubarkan dan diberantas habis ormas-ormasnya.
Tindakan anarkis dalam islam tentu tidak dibenarkan, seperti halnya yang dilakukan oleh laskar FPI yang berlatarbelakang “membela kebenaran islam”. Namun disatu sisi tidak dibenarkan pula bahwa adanya kepercayaan mengenai nabi setelah nabi Muhammad SAW, seperti yang dipercayai oleh Ahmadiyah (Mirza Gulam Ahmad) yang merupakan perbuatan murtad dan sangat jelas tidak dibenarkan pula dalam islam.
Disadari atau tidak hal ini bisa menjadi salah satu senjata ampuh yang “ditembakan” pemerintah untuk mengalihkan perhatian masyarakat pada dampak kenaikan BBM yang selama ini cukup menggenangi rakyat miskin dengan penderitaan serta memicu berbagai elemen masyarakat untuk menagadakan protes serta unjuk rasa sebagai bentuk penolakan terhadap kebijakan pemerintah ini. Seperti halnya yang dilakukan oleh Aliansi BEM seluruh Cianjur (23/05) lalu dan mengutuk keras tentang kenaikan BBM yang digulirkan pemerintah.
Kita sebagai masyarakat akademis yang dituntut untuk bisa menganalisis serta memantau keadaan sekitar kita terlebih pada wacana mengenai adanya tindakan adu domba antar islam tersebut harus melihat objek ini pada wilayah yang netral dan tanpa keberpihakan pada kelompok manapun.
Hal ini, disinyalir pula merupakan salah satu permainan politik yang senantiasa sengaja diramu untuk kemudian dilempar menjadi masalah public secara universal. Dan tidak menutup kemungkinan juga sebagai senjatanya orang-orang kapitalis yang menginginkan islam hancur.
Dengan kelihaian mereka menghancurkan kita secara moral, tentu turut menegaskan perlakuan yang mengundang kehancuran yang menjadi momok menakutkan paska rentetan masalah penderitaan yang dialami bangsa ini.
Maka dari itu, kita harus bisa mengantisifasi dan memenage diri supaya tidak terpancing pada hal-hal yang merugikan dan jatuh ke dalam lubang perpecahan, serta mampu menyikapi keadaan ini dengan searif dan sebijaksana mungkin dengan berpegang teguh pada keyakinan yang kita miliki. Niscaya, Segala bentuk provokasipun tentu dapat teratasi.
Read more

Jumat, Juni 13, 2008

PERSFEKTIF KONTEKS KEMISKINAN
“Antara Korban dan Solusi yang Konstruktif”
Oleh : Siska Dian Klaresia1
Kata miskin berasal dari kosakata Arab, yaitu miskin yang diartikan sebagai “sesuatu yang tetap, tidak bergerak”.Ini memberikan arti bahwa seorang yang miskin adalah orang yang tidak mampu melakukan apa-apa, tidak bergerak dan tidak berdaya. Ia tidak bergerak, karena kemalasannya, atau karena tidak ada peluang untuk bergerak atau karena ada faktor lain yang membuatnya tidak bergerak. Sementara miskin dalam pengertian sehari-hari adalah “man la yajid ma yakfihi”2 (orang yang tidak dapat memperoleh sesuatu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya).
Selain itu kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu kemiskinan absolut, kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural3. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedangkan miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.
Masalah kemiskinan sebagai suatu penyakit sosial memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan fasilitas atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada zaman modern. Mereka hanya mengandalkan alam sebagai kekayaan yang bisa dimanfaatkan, dan bila ada interaksi mereka hanya melakukannya dengan cara barter / tukar menukar.
Berbagai persoalan kemiskinan penduduk akan sangat menarik jika dikomparasikan dari berbagai aspek, yaitu sosial, ekonomi, psikologi dan politik.

Aspek sosial terutama akibat terbatasnya interaksi sosial dan penguasaan informasi. Aspek ekonomi akan tampak pada terbatasnya kepemilikan alat produksi, upah kecil, daya tawar rendah,. tabungan nihil, lemah mengantisipasi peluang. Dari aspek psikologi terutama akibat rasa rendah diri, fatalisme, malas, dan rasa terisolir Sedangkan, dari aspek politik berkaitan dengan kecilnya akses terhadap berbagai fasilitas dan kesempatan, diskriminatif, posisi lemah dalam proses pengambil keputusan serta kurangnya keterlibatan dalam koridor pemerintahan.
Kemiskinan hari ini mungkin menjadi kosa kata yang paling banyak dirasakan tetapi sedikit dibicarakan oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia. Pembicaraan paling emosional, paling bersemangat dan paling getol diperjuangkan adalah tema-tema yang berkaitan dengan isu keyakinan dan moral personal, seperti liberalisme, sekularisme, pelacuran, seks, perjudian, dan sejenisnya. Sementara kemiskinan yang menjadi penyebab kematian berjuta-juta orang tampaknya tidak atau kurang begitu menarik.

Indonesia sebagai negara yang terkenal sebagai zamrud khatulistiwa dan kaya akan sumber daya alamnya malah tergolong ke dalam daftar negara miskin. Sungguh ironis!!! Seharusnya dengan modal berharga yang telah ada tersebut, Indonesia seyogyanya mampu mengsejahterakan keadaan rakyatnya secara maksimal. Jumlah penduduk miskin tersebut terdapat di wilayah perkotaan dan perdesaan. Namun akibat krisis jumlah penduduk pula yang semakin banyak dan tidak adanya pemerataan yang stabil, menyebabkan rakyat miskin di Indonesia diperkirakan akan semakin bertambah setiap tahunnya hingga beberapa tahun kedepannya.
Naiknya harga BBM pun turut berperan penting atas semakin bertambahnya kemiskinan yang ada di Indonesia. Banyaknya kasus kelaparan yang terjadi di sejumlah daerah di Indonesia akibat ketidakmampuan daya beli masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sekalipun hanya untuk sesuap nasi. Penduduk miskin kadang tertolong dengan membeli beras murah saat ada operasi pasar (OP) Bulog. Namun ada pula yang memakan nasi aking yang didapat dari sisa makanan orang kaya yang dibuang begitu saja.
Yang Menjadi Korban

Kemiskinan dapat menimpa dan diderita oleh siapa saja, manusia laki-laki dan perempuan. Tetapi realitas kemiskinan yang tengah melanda bangsa Indonesia, memperlihatkan bahwa korban kemiskinan paling banyak diderita orang-orang yang lemah atau yang dilemahkan. Mereka adalah kaum perempuan dan anak-anak. Keadaan ini terjadi karena struktur sosial masyarakat masih menempatkan perempuan sebagai makhluk domestik dan sekaligus mendudukan mereka sebagai warga kelas dua. Dalam struktur sosial yang seperti ini, perempuan akan selalu tergantung kepada laki-laki (suami).Keadaan ini pada gilirannya mereka akan dipandang rendah, dimarjinalkan dan didiskriminasi dalam berbagai ruang kehidupannya terutama dalam akses ekonomi dan pendidikan. Dalam konteks Indonesia yang tengah terpuruk dan dilanda kemiskinan yang cukup akut seperti hari ini, kita melihat dengan jelas bagaimana kemiskinan telah melanda ribuan bahkan jutaan perempuan. Ketika laki-laki atau suami miskin, atau menjadi miskin, karena ketiadaan pekerjaan atau di PHK, maka kaum perempuan paling banyak menderita daripada kaum laki-laki.

Tidak hanya itu, kaum yang akan sama merasakan penderitaanpun meliputi orang-orang yang tidak mampu untuk mencari sumber kehidupannya sendiri karena keterbatasan fungsi fisik (cacat) dan para lansia yang tidak memiliki penopang hidup menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam ruang korban kemiskinan.

Solusi yang Konstruktif ??

Dari dulu orang miskin selalu menjadi objek dalam merencanakan berbagai pembangunan. Katanya, untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Tetapi dari dulu pula nasib penduduk miskin tidak berubah secara signifikan, bahkan jumlahnya terus bertambah. Tiap tahun ada orang makan nasi aking atau tiwul, berburu beras murah dan mereka memilih berobat ke paranormal karena ongkos periksa dokter tidak terjangkau. Pengentasan kemiskinan sepertinya hanya di bibir, hasilnya tak pernah nyata..
Dalam teori ekonomi mengatakan bahwa untuk memutus mata rantai lingkaran kemiskinan dapat dilakukan peningkatan keterampilan sumber daya manusianya, penambahan modal investasi, dan mengembangkan teknologi. Melalui berbagai suntikan maka diharapkan produktifitas akan meningkat. Namun, dalam praktek persoalannya tidak semudah itu. Lantas apa yang dapat dilakukan?
Mengentaskan kemiskinan memang tidak cukup hanya dengan tindakan sporadis. Misalnya, dengan memberikan sumbangan langsung tunai, menjual beras murah atau membagi-bagi nasi aking. Itu hanyalah sementara. Ibarat pemadam kebakaran, hanya memadamkan apinya tetapi tidak menyentuh persoalannya. Akan tetapi, model pendekatan yang akan dilakukan mesti menyeluruh dan mengutamakan pembangunan berbasis masyarakat. Karena urusan kemiskinan bukan sekadar minimnya mengakses sumber-sumber ekonomi, melainkan menyangkut persoalan kultur atau sikap mental masyarakat itu sendiri. Minimnya daya juang dan terlalu pasrah pada keadaan masih menghinggapi sebagian masyarakat kita
Di Indonesia program-program penanggulangan kemiskinan sudah banyak pula dilaksanakan, seperti : pengembangan desa tertinggal, perbaikan kampung, gerakan terpadu pengentasan kemiskinan. Sekarang pemerintah menangani program tersebut secara menyeluruh, terutama sejak krisis moneter dan ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997, melalui program-program Jaring Pengaman Sosial (JPS). Dalam JPS ini masyarakat sasaran ikut terlibat dalam berbagai kegiatan.
Sedangkan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan lebih mengutamakan pada peningkatan pendapatan masyarakat dengan mendudukan masyarakat sebagai pelaku utamanya melalui partisipasi aktif. Melalui partisipasi aktif ini dari masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran tidak hanya berkedudukan menjadi obyek program, tetapi ikut serta menentukan program yang paling cocok bagi mereka. Mereka memutuskan, menjalankan, dan mengevaluasi hasil dari pelaksanaan program yang telah ada tersebut.

Namun, apapun usaha atau program yang telah dirumuskan tersebut, pada kenyataannya akan kembali pada pribadi masyarakat itu sendiri. Semangat serta dorongan pemerintahpun harus tetap ikut bergulir sepanjang masyarakat tadi menetukan sikap untuk bangkit dari kemiskinan.



___________________________
1 “Seorang mahasiswi Fikom UNPI Cianjur, yang dilahirkan suatu ketika”
2 diambil dari kitab Mishbahul Munir (dalam buku antara miskin dan kaya)
3 3 Definisi kemiskinan menurut Ragnar Nurkse 1953
Read more