Rabu, Juni 18, 2008

FPI vs Ahmadiyah, sebagai bentuk Pengalihan Kenaikan BBM

Semakin bergulirnya pemberitaan mengenai perseteruan antara FPI dan Ahmadiyah di berbagai sejumlah media massa dan elektronik, membuat kita dijejali berbagai pemahaman provokasi global.
Berbagai spekulasi kemudian muncul dari berbagai kalangan yang menghendaki baik FPI ataupun Ahmadiyah untuk segera dibubarkan dan diberantas habis ormas-ormasnya.
Tindakan anarkis dalam islam tentu tidak dibenarkan, seperti halnya yang dilakukan oleh laskar FPI yang berlatarbelakang “membela kebenaran islam”. Namun disatu sisi tidak dibenarkan pula bahwa adanya kepercayaan mengenai nabi setelah nabi Muhammad SAW, seperti yang dipercayai oleh Ahmadiyah (Mirza Gulam Ahmad) yang merupakan perbuatan murtad dan sangat jelas tidak dibenarkan pula dalam islam.
Disadari atau tidak hal ini bisa menjadi salah satu senjata ampuh yang “ditembakan” pemerintah untuk mengalihkan perhatian masyarakat pada dampak kenaikan BBM yang selama ini cukup menggenangi rakyat miskin dengan penderitaan serta memicu berbagai elemen masyarakat untuk menagadakan protes serta unjuk rasa sebagai bentuk penolakan terhadap kebijakan pemerintah ini. Seperti halnya yang dilakukan oleh Aliansi BEM seluruh Cianjur (23/05) lalu dan mengutuk keras tentang kenaikan BBM yang digulirkan pemerintah.
Kita sebagai masyarakat akademis yang dituntut untuk bisa menganalisis serta memantau keadaan sekitar kita terlebih pada wacana mengenai adanya tindakan adu domba antar islam tersebut harus melihat objek ini pada wilayah yang netral dan tanpa keberpihakan pada kelompok manapun.
Hal ini, disinyalir pula merupakan salah satu permainan politik yang senantiasa sengaja diramu untuk kemudian dilempar menjadi masalah public secara universal. Dan tidak menutup kemungkinan juga sebagai senjatanya orang-orang kapitalis yang menginginkan islam hancur.
Dengan kelihaian mereka menghancurkan kita secara moral, tentu turut menegaskan perlakuan yang mengundang kehancuran yang menjadi momok menakutkan paska rentetan masalah penderitaan yang dialami bangsa ini.
Maka dari itu, kita harus bisa mengantisifasi dan memenage diri supaya tidak terpancing pada hal-hal yang merugikan dan jatuh ke dalam lubang perpecahan, serta mampu menyikapi keadaan ini dengan searif dan sebijaksana mungkin dengan berpegang teguh pada keyakinan yang kita miliki. Niscaya, Segala bentuk provokasipun tentu dapat teratasi.

0 komentar:

Posting Komentar

Kasiiiih koment yang membangun yaaah....biar tetep semangat nulisnya...hehehe...tp insya allah kita terima apapun juga yang penting Kalian isi buku tamu okay !!!