Senin, Februari 09, 2009

MASA DEPAN HMI TANTANGAN DAN PELUANG

IBARAT air sungai, nampaknya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) saat ini sudah sangat jauh dari mata air. Bahkan boleh jadi sudah mendekati muara. Kejernihan air sungai semakin keruh tidak lagi terlihat warna aslinya sebab bercampur dengan ragam "limbah" di sepanjang aliran. Kalaupun nampak kejernihan itu, barangkali hanya bisa dilihat dari catatan sejarah "kebesaran HMI" dan penuturan alumni yang telah mewarnai panggung sejarah Indonesia.

Metafora di atas mungkin dirasa terlalu ekstrem, namun dari metafora itulah diharapkan muncul semangat juang kader untuk mengembalikan HMI pada peran sebagai organisasi perjuangan dan fungsi sebagai organisasi kader yang dijalankan semestinya. Mengingat kondisi HMI kekinian yang semakin menua dengan tantangan semakin berat.
Untuk pencapaian tujuan HMI perlu dipersiapkan kondisi yang tepat sebagai modal untuk merekayasa masa depan sesuai dengan 5 kualitas insan cita HMI. Tantangan yang dihadapi HMI dan masa depan bangsa Indonesia sangat komplek. Tetapi justru akan menjadi peluang yang sangat baik untuk memperjuangkan cita-cita HMI sampai mencapai tujuan.

Berbagai model alumnus lahir dari rahim perkaderan HMI. Berbagai tipe alumnus telah bermunculan dari pembelajaran di HMI. Kiprah alumni tumbuh dan berkembang sesuai panggilan jiwa masing-masing. Namun, kiprah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) kini dinilai mengalami pergeseran nilai. Banyak kader HMI yang berpikir pragmatis dan menjadikan kekuasaan sebagai tujuan. Sebagian dari mereka lupa, bahwa HMI harus kembali ke frame work-nya yang menjunjung nilai-nilai keimanan, keilmuan dan keummatan.

Bermunculannya tokoh-tokoh HMI di kancah perpolitikan nasional, katanya, bisa jadi ikut andil membawa pergeseran nilai itu. Kader-kader HMI mulai berpikir pragmatis untuk bisa sesukses senior-seniornya. Sayangnya, proses itu membuat HMI tergelincir.
Dari masa kemasa, beberapa persoalan yang dihadapkan pada HMI tentang kritik independensi HMI, kedekatan dengan militer, sikap HMI terhadap komunisme, tuntutan Negara Islam, dukungan terhadap rehabilitasi masyumi, penerimaan azas tunggal Pancasila, adaptasi rasionalitas pemikiran, dan lain-lain yang memberikan penilaian kemunduran terhadap HMI, Yahya Muhaimin dalam konggres HMI ke XX mengemukakan konsep tentang revitalisasi, reaktualisasi, refungsionalisasi, dan restrukturisasi organisasi. Anas Urbaningrum menjawabnya dengan pemberian wacana politik etis HMI. Yakni dengan langkah : Peningkatan visi HMI, intelektualisasi, penguasaan basis dan modernisasi organisasi.

Bagi muslim, sejarah merupakan bahan evaluatif atau introspeksi perjalanan manusia dalam mengemban amanah-Nya sebagai khalifah Allah di muka bumi. Antara lain untuk mengukur kekinian mereka sendiri, serta implikasi apa yang mungkin akan diterima jika kecenderungan itu terus berlangsung.

HMI nampak kering dan miskin akan nilai-nilai intelektual dan akademis. Budaya organisasi yang mengarah pada tumbuhnya pemikiran baru tidak lagi nampak dan hanya tinggal kenangan. Kondisi HMI yang demikian tentu bukan terjadi tanpa dibarengi sebab, dan dari sadar akan sebab itulah kita bisa secepatnya mengembalikan HMI dalam jalur yang semestinya. Orientasi kader dalam memaknai HMI sebagai wadah perjuangan keumatan dan kebangsaan adalah problem yang sudah lama terkena polusi oleh orientasi politis.

Tidak salah memang orientasi ini tumbuh, sebagai salah satu soft skill politik yang semestinya dimiliki kader HMI. Disamping pendewasaan politik bagi setiap kader. Namun budaya yang memacu tumbuhnya nilai-nilai intelektual semestinya tidak boleh ditinggalkan, lebih ditonjolkan, dan mulai kembali dibangun. Sebab HMI menjadi besar dan berkembang tidak semata karena track record para kader dalam bidang politik semata. Justru melalui dimensi pemikiran dan pergerakan itulah HMI memiliki nilai lebih.

Riwayat

Pada setiap momen yang menentukan dalam perjalanan pertumbuhan dan perkembangan umat Islam dan bangsa Indonesia. HMI tidak pernah melewatkannya tanpa partisipasi yang aktif, kreatif dan korektif. Kiprah HMI yang demikian itu disebabkan oleh kesadaran kuat setiap insan HMI bahwa iman yang diyakini, Ilmu yang dimiliki senantiasa menghendaki perwujudan dalam amal nyata demi mencari ridho Allah SWT. Karena sesejatinya manusia adalah yang berguna bagi bangsa Negara dan agamanya.
Berbagai argumen telah diungkapkan sebab-sebab kemunduran ummat Islam. Tetapi hanya satu hal yang mendekati kebenaran, yaitu bahwa kemunduran ummat Islam diawali dengan kemunduran berpikir, bahkan sama sekali menutup kesempatan untuk berpikir. Yang jelas ketika ummat Islam terlena dengan kebesaran dan keagungan masa lalu maka pada saat itu pula kemunduran menghinggapi kita.

Dengan mengetahui sejarah masa lampau dapat diketahui kebesaran dan semangat juang HMI. Hal tersebut merupakan tonggak bagi HMI untuk meneruskan perjuangan para pendahulunya pada masa kini dan menuju hari esok yang lebih baik. Mempelajari HMI tidak hanya cukup dengan mengikuti training formal. Mempelajari dan menghayati HMI harus dilakukan secara terus menerus tanpa batas kapan dan dimanapun. Dengan cara seperti itulah pemahaman dan penghayatan akan nilai-nilai HMI dapat dilakukan secata utuh, lurus, dan benar. Agar cita-cita HMI dapat terwujud sebagai peluang dalam merealisasikan peran dan fungsi HMI sebagai bagian dari gerakan mahasiswa dalam pembangunan umat dan bangsa


YAKIN USAHA SAMPAI, BAHAGIA HMI..
* Siska Dian Klaresia1 : Seorang Mahasiswi Fakultas Ilmu komunikasi UNPI Cianjur yang tengah bergerak menyempurna dalam hidup

0 komentar:

Posting Komentar

Kasiiiih koment yang membangun yaaah....biar tetep semangat nulisnya...hehehe...tp insya allah kita terima apapun juga yang penting Kalian isi buku tamu okay !!!