Jumat, Januari 16, 2009

Madrasah Diniyah Bekali Pendidikan Agama Sejak Dini


Cianjur, Madrasah Diniyah kini menjadi bagian terpenting dalam era dunia pendidikan. Perbekalan ilmu dan pengetahuan agama, memang sudah semestinya diperkenalkan sejak dini. Anak-anak tentu merupakan pilar sasaran dari pendidikan tersebut, yang harus diarahkan secara tepat, agar pemahaman mengenai pendidikan agama bisa mereka cerna dengan baik.
Madrasah yang memiliki karakteristik khas yang tidak dimiliki oleh model pendidikan lainnya, menjadi salah satu tumpuan harapan manusia modern untuk mengatasi keringnya jiwa dari nuansa keagamaan yang kini semakin merajalela seiring dengan kemajuan peradaban dunia teknologi.
Sekolah agama diorientasikan sekolah “akhirat”, image semacam itu berkembang luas dalam masyarakat Indonesia yang mengalami perubahan besar. Dengan seiring berjalannya waktu, para orang tua pun secara berduyun-duyun memasukan anak-anaknya dalam lingkup pendidikan Madrasah atau “Sekolah Agama” sebagai bentuk penyeimbang dari masuknya pendidikan umum sebagai ilmu yang kini masuk mendominasi dalam konteks berpikir kekinian.
Namun, justru inilah yang menjadi tantangan besar bagi Pak Endang (45), yang sudah 12 tahun senantiasa mengajar dengan sabar anak-anak yang ingin belajar agama. Ia merupakan satu diantara 6 guru Madrasah Diniyah Al-Bidayah yang berada di kawasan Komplek SMPN 2 Cianjur. Ia memahami betul bagaimana konsep pendidikan umum kini semakin kurang mengajarkan fungsi dan arahan agama sebagai tuntunan dan pedoman manusia, khususnya agama Islam.
Meskipun dalam keadaan yang seadanya dan sedikitnya murid dengan 4 kelas yang ada, ia masih tetap bertahan hingga sekarang, yaitu sekitar 47 orang. (kelas 1 berjumlah 16 orang, kelas 2 berjumlah 10, kelas 3 berjumlah 11 orang, dan 10 orang untuk kelas 4).
Jam pengajaran yang hanya diberlakukan selama 4 hari dalam seminggu, yaitu mulai hari senin – hari kamis dan hanya menghabiskan waktu selam 2 jam saja, dinilai lebih efektif untuk mengajarkan anak-anak belajar agama setelah pulang dari sekolah umu. Sehingga dalam keadaan tersebut, dapat dengan mudah pembelajaran pengetahuan ditransformasikan dengan baik.
Sebagai lembaga pendidikan yang lahir dari masyarakat, madrasah lebih mudah mengintegrasikan lingkungan eksternal ke dalam organisasi pendidikan, sehingga dapat menciptakan suasana kebersamaan dan kepemilikan yang tinggi dengan keterlibatan yang tinggi dari masyarakat. Keterlibatan masyarakat bukan lagi terbatas seperti peranan orang tua siswa (POMG) yang hanya melibatkan diri di tempat anaknya sekolah. Melainkan keterlibatan yang didasarkan kepada kepemilikan lingkungan.
Sesuai dengan jiwa desentralisasi yang menyerap aspirasi dan partisipasai masyarakat dalam pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan, masyarakat dituntut untuk memiliki kepedulian yang tinggi memperhatikan lembaga pendidikan yang berada di lingkungan setempat. Hal ini dapat menumbuhkan sikap kepemilikan yang tinggi dengan memberikan kontribusi baik dalam bidang material, kontrol manajemen, pembinaan, serta bentuk partisipasi lain dalam rangka meningkatkan eksistensi madrasah yang selanjutnya menjadi kebanggaan lingkungan setempat.
Akhirnya madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam yang hidup dari, oleh dan untuk masyarakat belum mendapatkan sentuhan pikiran dan tangan kita semua. Peningkatan mutu tidak akan terealisir tanpa andil semua pihak. Untuk itu, demi peningkatan mutunya maka madrasah perlu dibantu, dibela dan diperjuangkan.

( chika )

0 komentar:

Posting Komentar

Kasiiiih koment yang membangun yaaah....biar tetep semangat nulisnya...hehehe...tp insya allah kita terima apapun juga yang penting Kalian isi buku tamu okay !!!