Senin, November 10, 2008

Budaya Global ; Budaya Langit yang Nakal dan Binal

Doraemon, bisa ikutan numpang “Ulang 11 tahun” mengudara secara terus-menerus. Sementara Keluarga Cemara, untuk 100 episode yang akan datang, sedikitnya perlu 7 bulan hanya untuk memproduksi.
Impian mewujudkan Indonesia yang maju, demokratis, adil dan kokoh, merupakan obsesi gerakan reformasi yang bergulir di Indonesia selama ini. Namun, sebagai sebuah impian dan juga harapan tampaknya memang masih jauh dari realitas yang ada. Krisis ekonomi belum sepenuhnya teratasi, sementara demokratisasi dalam system politik sedang dalam proses mencari bentuk. Penegakan korupsi dan KKN belum tercapai sepenuhnya, karena masih ada pihak-pihak yang “nakal” dan “getol” mengemas keadaan serta situasi untuk dipalsukan. Pada awalnya, budaya bangsa adalah pemahaman yang bersifat politis. Suatu Individu, suatu kelompok, mengidentifikasikan diri dalam pengertian bersama dan mewujud dalam suatu bangsa.

Globalisasi merupakan proses yang secara nature terjadi. Mau tidak mau, Indonesiapun harus siap menghadapinya. Pendekatan professional menjadi kata kunci baru untuk ini.
Masalah dasarnya mudah diterka. Pada awal titik-titik tertentu terjadilah benturan antara “budaya dari langit” yang tak mengenal “budaya bumi nasional”. Adanya komunikasi yang tak terarah dan proteksi pribadi bangsa, membuat globalisasi merupakan ancaman dan tantangan yang takan pernah mati untuk Masih bisa mengatakan beruntung, karena ternyata produk dalam negeri masih menempati waktu yang prima dalam penyiaran meskipun segala macam “gerutuan” kita masih menyenangi produk sendiri untuk waktu yang tak bisa diprediksikan. Entah lusa atau 1 tahun mendatang lagi. Hanya butuh hitungan waktu, dimana nilai budaya bangsa akan makin terabaikan.

Adakah siasat yang bisa mengimbangi “budaya global” yang datang dari langit, yang barangkali terasa nakal, terasa banal dan terkesan liar serta mengancam??

Dalam dunia persilatan terkenal jurus dari tokoh ‘Buyung Hok” yang datsyat mengalahkan lawan dengan jurus andalannya. Kalau jagoan pedang harus ditaklukan dengan pedang. Barangkali jalan yang kita pakai menjadi bagian dari “budaya langit”. Yaitu menjadi bagian dalam proses globalisasi dan menjadi salah satu unsure di dalamnya. Bukan hanya mengimpor, tetapi juga mengekspor.
( c-k4 )

0 komentar:

Posting Komentar

Kasiiiih koment yang membangun yaaah....biar tetep semangat nulisnya...hehehe...tp insya allah kita terima apapun juga yang penting Kalian isi buku tamu okay !!!