Senin, November 10, 2008

KIRIMAN PUISI

DIORAMA KEMATIAN SOPHIA

Ketika senja muram
Aku telah mati…
Dimana aku disimpan
tepat kau tutup rapat pintu
melaju menuju perjamuan.
Lampu kota sepanjang jalan
redup memuncak harga diri retak.
Nasib terkelam anak manusia
Plot pengkhianatan sebuah epic.
Enggan aku ditambah berbilang
Rhetoric bulan ketiga pecah
Scenario musnah ketika panggung
Tak layak buat kemanusiaan.

Ego menyelimuti salah
Apalah lisan
jika tangan tak lagi dijabat erat.
Kuikuti rasa terkoyak
Meninggalkan rumah
Memasuki lorong tersempit
Dari kebekuan jiwa manusia.

Pada malam nyanyian Tuhan
Malaikat melebarkan sayap
Menyingkirkan batasan.
Aku memandang potret
Hamba bersimpuh diseputar altar
Pengakuan kata
Airmata tekanan jiwa
Bukan kepasrahan.

hijab terbuka sudah
Rekayasa sebuah epic
Meruntuhkan harapan
Melemparkan kepercayaan pada sosok.
Dengan jiwa semesta
Kuikuti arus nasib
Berjalan meninggalkan
Sosok keterasingan
Menaiki kendaraan
Menuju tatanan dunia baru
Dimana kejujuran keikhlasan
Tak lagi menampakan wajah lainDitempat usang aku terlelap dibatasi dinding khayalan



Suara terkelam datang dari masa lalu
mengusik tidur……………
Kenangan seperti pelangi pada senja yang kabur
Sekejap muncul
Indah namun rapuh
Membangunkan rindu yang makin luntur.
Inilah rasa yang tak mungkin digenggam lagi…………

Pada waktu separuh malam
Jiwa terkoyak sempat berucap
Jika sekiranya
Engkau hawwa itu…
Akan kupeluk
Kudekap erat
Dalam wangi sorga…..
Namun sileut kecil
Dari sebuah plot menyisakan
Kisah terkelam
Socrates dan Suhrawardi
Tanpa sebongkah kata
Dilempar pergi.
aku hilang
Biar senja beri pesan lain
Dan pada malam itu tepat
Baginya aku telah mati.

kupersembahkan buat mereka yg
Mempertemukan filo dan Sophia

MELIHAT DUNIA
Disimpang tiga kita bercerita
Lewat semangkuk es,
Sepotong sajak,
Sebatang rokok tepat 14 ramadan 1428 H
“Melihat dunia saat senja memudar sepinya hati hampa tak termiliki
Melihat dunia saat senja menghilang aku mencari engkau dimana”
Kata – kata dari mulut kawanku
Ketika rindu dipuncak ubun –ubun
Sementara dilain cerita
Josephira tengah asik
Bermain peran diranjang
Dengan cinta keduanya…
Tangan biru lebam diatas bis kota
Menetes terkoyak ditikam rasa
keyakinan memudar
Pengkhianatan pujaan.
Biarlah kawan
Josephira… mu tak lagi Maria perawan suci

Hati yang tergores menganga
Menghempaskan mimpi dan harapan
melihat dunia
melaju meninggalkan sakit
diiringi nyanyian radio yang hampir putus

“Lihat langkahku*”
“Mulai nyalakan kembali dunia yang terlupa”

Bis kota melaju dari ibu kota
Meninggalkan kenangan
merindu dan membiru
Sebotol vodka diteguk tak lebih mabuk dari kisah ibu kota.
Percakapan terakhir disaranx
Tepat sebelum tegukan terakhir……..
Aku teringat masa lalu dan cinta terbesarku pada josephira…
Rindu yang makin luntur.
Manis sedikit perih kawan.
Masa lalu membangunkan luka-luka yang lama tertidur…………
Josephir…kini aku melukai diriku sendiri dalam hening.
Hempasan rindu duka dan cinta
Tak lagi kisah yusuf zulaykha
Maznun layla.
isi dunia tak lebih
Maut hidup dan cinta.
Kawan…
( The Bohemian Poet )

0 komentar:

Posting Komentar

Kasiiiih koment yang membangun yaaah....biar tetep semangat nulisnya...hehehe...tp insya allah kita terima apapun juga yang penting Kalian isi buku tamu okay !!!